PROPOSAL PTK
B 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu interaksi
manusia antara pendidik atau guru dengan anak didik atau siswa yang dapat
menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasi pada nilai-nilai dan
pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
pengembangan manusia tersebut. Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor
utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja terdidik. Disamping itu pendidikan dipandang
mempunyai peranan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa.
Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan
produk (Sudjana, 2004:35). Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi
penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua
komponen-komponen pendidikan, seperti mencakup tujuan pengajaran, guru dan
peserta didik, bahan pelajaran, strategi atau
metode belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran serta evaluasi (Sugito,
1994:3). Komponen- komponen tersebut dilibatkan secara langsung tanpa
menonjolkan salah satu komponen saja, akan tetapi komponen tersebut
diberdayakan secara bersama-sama.
Namun, untuk
menciptakan pendidikan yang efektif
sangat sulit. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah
bagaimana usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh
hasil yang efektif dan efisien, tidak terkecuali pada pelajaran sejarah. Ada
yang menyatakan bahwa memberikan pelajaran sejarah merupakan sesuatu yang tidak
masuk akal atau tidak mungkin sama sekali, karena pelajaran sejarah bukan
sebagai dasar ilmu pengetahuan, bahkan sangat mengaburkan konsep dan prinsip
sejarah. Padahal bangsa manapun di dunia, tidak pernah ada suatu bangsa yang
melupakan sejarah bangsanya, asal-usul dan perjuangan mereka untuk hidup dan
merdeka, karena sejarah merupakan satu bagian dari kelompok ilmu yang berdiri
sendiri. Tujuan yang luhur dari sejarah adalah menanamkan semangat kebangsaan,
cinta tanah air bangsa dan negara, serta pengajaran sejarah merupakan sumber
inspirasi terhadap hubungan antar bangsa dan negara, sehingga anak memahami bahwa ia
merupakan bagian dari masyarakat negara di dunia.(Kasmadi,1996:13).
Dalam proses
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 misalnya, diketahui minat siswa dalam belajar sejarah justru
sangat rendah dan lebih banyak membuat siswa menjadi bosan. Hal ini terlihat
dari aktivitas siswa selama KBM, siswa banyak yang bercerita sendiri dengan
temanya dan ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain sewaktu gurunya
menerangkan. Penyediaan buku-buku pelajaran sejarah yang selama ini ternyata
kurang efektif, karena lebih bersifat memberikan materi instan tentang fakta
sejarah kepada para siswa daripada memberikan daya kreatif siswa untuk memahami
sebuah peristiwa sejarah. Penulis buku tidak memberikan ruang berfikir kepada
siswa tentang bagaimana sebuah fakta sejarah muncul, dan narasi sejarah
disajikan. Akibatnya siswa tidak dapat terlarut dalam sebuah narasi sejarah,
sehingga siswa bosan membaca teks sejarah di sekolah. Siswa juga jarang untuk
diajak berdialog tentang bagaimana sebuah karya sejarah dalam periode tertentu
muncul. Untuk itu, pengajaran sejarah yang hendak mewujudkan inti dan tujuanya
maka perlu di buat menarik. Pengembangan daya tarik pelajaran sejarah terutama
pada pendidik sejarah, sebab di tangan pendidik sejarah akan tampak jiwa
sejarah itu. Apakah pendidikan sejarah akan membosankan, menjenuhkan atau tidak
menarik, pelajaran sejarah bersifat menghafalkan, juga sangat di tentukan oleh
pendidik sejarah (Latief,2006:100).
Dalam menerapkan model pembelajaran
seharusnya melihat dari karakter siswa yang di ajar dan tidak hanya satu metode
pembelajaran yang di pakai, bisa di ganti sesuai materi yang akan di ajarkan,
hal ini agar siswa yang di ajar tidak bosan dengan model pembelajaran yang di
terapkan oleh guru. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus
terus-menerus dilakukan pembaharuan baik secara konvensional maupun inovatif.
Hal ini lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan Pendidikan
Nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selama KBM guru perlu
memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa mampu
mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
lanjutan. Agar siswa mampu belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa mampu
mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya
pada tingkat ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam
pemecahan.
Di era sekarang ini diperlukan pengetahuan
dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk
menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan
gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan. Dari
banyaknya model pembelajaran yang bisa di katakan menarik adalah model pembelajaran
bentuk sosiodrama atau roll playing,
karena sejarah merupakan peristiwa masa lalu yang bisa di simulasikan atau di
gambarkan. Hal ini juga di dukung dengan kebanyakan para siswa kelas XI IPS 1 yang
berkeinginan menunjukan kemampuan dan bakatnya dalam bermain peran. Metode
sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat (Djamarah, 2005:238).
Beberapa sarjana yaitu Gilliom, Joyce,
dan Well (Supriatna et al. 2005:141) memasukkan sosiodrama sebagai bagian dari
bermain peran. Namun antara sosiodrama dan bermain peran terdapat perbedaan,
perbedaan yang paling mencolok ialah dimana bermain peran lebih luas ruang
lingkupnya sedangkan sosiodrama hanya membatasi pada permasalahan yang
berkenaan dengan aspek sosial. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis
tertarik untuk memberikan solusi bagaiamana upaya meningkatkan minat belajar
siswa dalam pembelajaran sejarah. Untuk itu penulis menggambil judul “UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA DI SMA N 1 SOBANG”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah :
1.
Apakah yang
menyebabkan siswa kurang berminat dengan pembelajaran sejarah ?
2.
Bagaimana
aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan metode sosiodrama ?
3.
Bagaimana minat
siswa dalam pembelajaran sejarah setelah menggunakan metode sosiodrama ?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan :
1.
Untuk
mengetahui penyebab siswa kurang berminat dengan pembelajaran sejarah.
2.
Untuk mengetahui
aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan metode sosiodrama.
3.
Untuk
mengetahui minat siswa dalam pembelajaran sejarah setelah menggunakan metode
sosiodrama.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat
teoritis
Sebagai ajang latihan untuk melatih dan mengasah
intelektualitas peneliti. Juga sebagai pengembangan ilmu yang diperoleh
penelitian dan sebagai sarana dalam menuangkan ide secara ilmiah serta
memperoleh pengalaman dalam
penelitian. Secara umum hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi
masukan kepada proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran sejarah.
1.4.2
Manfaat praktis
a)
Meningkatkan
keterkaitan belajar siswa terhadap pembelajaan sejarah.
b)
Membantu memudahkan
siswa menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam sejarah.
c)
Menambah
pengalaman dan kepercayaan diri siswa dalam berperan
d) sebagai bahan
informasi bagi guru dalam memilih metode sosiodrma dalam proses pembelajran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Kajian teoretis yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain 1) konsep minat, 2) pembelajaran sejarah, 3) dan, metode sosiodrama
2.1.1 Konsep Minat
Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui
dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38). Dalam
belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat
dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi
seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.
W. S Winkel mengatakan bahwa minat adalah
kecenderunganyang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (1983 : 38), sedangkan
menurut Witherington (1985 : 38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap
suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengadung sangkut
paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar.
Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang
dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu
dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang
erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan
untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang
berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung
di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan
perhatian
yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan
dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut. Untuk meningkatkan
minat, maka proses pembelajaran dapat
Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada
di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu
interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan
tersebut.
Ø Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal
tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri
individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya
perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu.
Miflen, FJ & Miflen FC, (2003:114) mengemukakan
ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :
1.
Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan
2.
Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau
lingkungan.
Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud,
2001:56)
yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari
timbulnya
minat seseorang yaitu :
1.
Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan
yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2.
Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif
sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana
mereka berada.
3.
Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh
perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyektertentu.
Berdasarkan
definisi tersebut dapatlah penulis kemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Minat adalah suatu gejala psikologis
2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena
tertarik.
3. Adanya perasaan senang terhadap
obyek yang menjadi sasaran.
4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai
tujuan.
2.1.2 Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang
relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman baik di alami langsung
maupun tidak langsung. Menurut I Gde Widja (1989: 91) sejarah adalah studi
keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan
yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang. Penekanan perhatian
diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang
bersifat khusus dari segi-segi urutan perkembangannya yang kemudian disusun
dalam suatu cerita sejarah. Jadi, pembelajaran sejarah berarti mempelajari
peristiwa-peristiwa masa lalu untuk di jadikan pengalaman guna memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
Menurut Hill
tujuan pengajaran sejarah bagi siswa, yaitu :
1.
Secara unik
memuaskan rasa ingin tahu anak tentang orang lain, kehidupan, tokoh-tokoh, perbuatan dan
cita-citanya yang dapat menumbuhkan kegairahan dan kekaguman.
2.
Mewariskan
kebudayaan dari umat manusia, penghargaan terhadap sastra, seni serta cara
hidup orang lain.
3. Melatih tertib
intelektual yaitu ketelitian dalam memahami dan ekspresi, menimbang bukti,
memisahkan yang penting dari yang tidak penting, antara propaganda dan
kebenaran.
4.
Melalui
pelajaran sejarah dapat dibandingkan kehidupan sekarang dan masa yang akan
datang.
5.
Pelajaran sejarah memberikan latihan dalam
pemecahan masalahmasalah atau pertentangan dunia masa kini
Menurut Depdiknas (2003), pengajaran sejarah di sekolah
juga berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan
perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif
serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri
bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia.
Kata sejarah berasal dari “ Syajarah ” yakni berasal dari
bahasa Arab yang berarti pohon.Kata ini masuk ke Indonesia sesudah terjadi
akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Selain itu,
kata sejarah juga berasal dari bahasa Inggris yakni history yang artinya masa
lampau umat manusia ( Rustam E.Tamburaka, 2002 : 2 ) .
Sementara itu menurut Rustam E.Tamburaka ( 2002 : 2 )
mengatakan “ Sejarah adalah cerita perubahan – perubahan, peristiwa – peristiwa
atau kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan dan dikaitkan
sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap” .
Moh. Yamin
dalam Rustam E. Tamburaka ( 2002 : 15 ) mengatakan “ Sejarah ialah ilmu
pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan cerita bertarikh , tentang kejadian
dalam masyarakat manusia yang telah lampau, sebagai susunan hasil penyelidikan
bahan tulisan atau tanda – tanda yang lain ”.Isjoni ( 2007 : 32 ) mengatakan “
Sejarah adalah istilah untuk menggambarkan masa lampau manusia yang telah
disusun berdasarkan fakta dan metode keilmuan”. Gambaran sejarah tersebut
disusun secara kronologis, berdasarkan tempat dan pelaku. Melalui sejarah dapat
terlihat perubahan dan kesinambungan berbagai aspek dari kehidupan kemanusiaan.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan sejarah adalah perisitiwa atau
kejadian masa lalu berdasarkan hasil penelitian yang ditulis atau disusun
secara objektif dan sistematis untuk diambil pelajaran atau hikmah dari
kejadian tersebut.
2.1.3
Metode
sosiodrama
Sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara
mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk
mencapai tujuan pengajaran. Masalah hubungan sosial dalam hal ini berarti
barkaitan dalam pelajaran sejarah, kemudian didramatisasikan oleh siswa dibawah
pimpinan guru, melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah
laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami
nilai sosiodrama adalah Mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan
terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin
sosiodrama. Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk
memberikan pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian
diambil kesimpulan.
Kadang-kadang banyak peristiwa psikologis atau sosialyang
sukar bila dijelaskan dengan kata-katabelaka. Maka perlu di dramatiskan. Atau
siswa dipartisipasikan untuk berperanan dalam peristiwa social itu.
Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan
jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial
Pada
metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional
dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Kedua istilah ini (sosiodrama dan bermain
peranan), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Hanya bedanyakedua
metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu naskahnya.. Dalam pelajaran
sejarah, misalnya guru ingin menggambarkan kisah sahabat khalifah Abu Bakar,
ketika beliau masuk Islam. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan
melalui metode sosiodrma dan bermain peranan. Sebab siswa disamping mengetahui
proses jalannya khalifah Abu Bakar masuk Islam, juga dapat menghayati ajaran
dan hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut.
Metode sosiodrama ialah cara mengajar
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan
peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Djamarah, 2005:238).
Selanjutnya beberapa sarjana memasukkan dramasosial sebagai bagian dari bermain
peran, namun terdapat perbedaan antara bermain peran dengan sosiodrama, bermain
peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan dramasosial hanya membatasi pada
permasalahan yang berkenaan dengan aspek sosial dalam masyarakat (Supriatna, 2007:141).
Kemudian menurut Prof.Dr.Oemar Hamalik bermain peranan atau teknik sosiodrama
adalah jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan
hubungan antarinsani. Teknik ini bertalian dengan studi kasus, tetapi tes
tersebut melibatkan individu manusia dan tingkah laku mereka berinteraksi
antarindividu tersebut dalam bentuk dramatisasi.
Peranan sosiodrama dapat digunakan
apabila :
- Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
- Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan
- Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan
- Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
- Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
- Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
Langkah-langkah yang ditempuh
- Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
- Menerapkan siatuasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut
- Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehihngga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
- Agar siswa memhami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama
- Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehinnga sehingga mereka tau tugas pernnya, menguasai maslahnya pandai bermimik maupun berdialog
- Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat, mereka harus bias memberi saran dn memeberi kritik pada apa yang akan di lakukan setelah sociodrama selesai.
- Bila siswa belum terbiasa, perlu di bantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam dialog
- Setelah sosiodrama itu dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
- Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya
·
Tujuan
sosiodrama sesuai dengan jenis belajar adalah sebagai berikut :
Belajar dengan berbuat
Belajar melalui peniruan (imitasi)
Belajar melalui balikan
Belajar melalui pengkajian, penelitian, dan pengulangan.( Hamalik, 2002:199-200)
Belajar dengan berbuat
Belajar melalui peniruan (imitasi)
Belajar melalui balikan
Belajar melalui pengkajian, penelitian, dan pengulangan.( Hamalik, 2002:199-200)
·
Kelebihan dan kelemahan sosiodrama :
Kelebihan:
o
Mengembangkan
kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berekspresi)
o
Memupuk
kerjasama antara siswa.
o
Menumbuhkan
bakat siswa dalam seni drama.
o
Siswa lebih
memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
o
Memupuk
keberanian berpendapat di depan kelas.
o
Melatih siswa
untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat.
o
Dapat
berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
o
Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias
o
Membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
o
Dapat
menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dand apat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
o
Kelemahan:
Sebagaimana dengan metode-metode yang lain, metode sosiodrama dan
bermain peranan memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini,
kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang
lain. Mungkin sekali kita perlu memakai metode diskusi, ausid visual, tanya
jawab dan metode-metode lain yang dapat dianggap melengkapi metode
sosiodrama/bermain peranan
Kelemahan metode sosiodrama dan
bermain peranan ini terletak pada
o
Adanya kurang
kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
o
Pendengar
(siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga
merusak suasana.
o
Sebagian besar
anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang aktif.
- Sosiodrama dan bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
- Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
- Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
- Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
- Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
- Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan ini.
2.2
Kerangka
Berfikir
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, guru dan
sekolah diberi otoritas untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi
sekolah. KTSP bertujuan bagaimana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam
pembelajaran serta disesuaikan dengan kepentingan daerah. Penelitian sejarah merupakan
salah satu butir pembelajaran yang ada didalam kurikulum sejarah dengan
indikator mampu menerapkan penelitian sejarah secara sederhana dengan
memperhatikan prinsip-prinsi dasar penelitian sejarah.
Materi pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat
abstrak atau masih dalam tataran ide atau gagasan. Untuk itu, guru sejarah
dituntut untuk menjabarkan konsep tersebut menjadi sesuatu yang lebih nyata
atau konkrit, hal ini mutlak dilakukan oleh guru agar materi pelajaran sejarah
yang diterima tidak bersifat verbalisme semata tetapi siswa betul-betul
memahami materi yang diajarkan guru. Faktor lain yang berpengaruh pada minat
belajar siswa baik dari segi nilai perilaku adalah strategi yang digunakan guru
dalam mengajar. Selama ini guru belum melaksanakan pembelajaran sejarah secara
sederhana yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran
sejarah. Maka untuk menghindarkan kebosanan pada siswa dan guru dalam
penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran sosiodrama.
Dengan ini diharapkan siswa akan lebih
tertarik dengan mata pelajaran tersebut kemudian keinginan untuk mempelajari
pelajaran itu akan semakin tinggi sehingga minat siswa juga akan lebih meningkat.
Karena model ini membuat siswa ikut ambil bagian dalam pembelajaran, siswa
berperan dalam menyelesaikan masalah dalam drama, sehingga siswa tidak saja
mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan
perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti
halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film
seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain
sebagainya.
2.3
Penelitian yang
Relevan
Berikut ini
disajikan beberapa hasil penelitian dan kajian-kajian tentang membaca yang
dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini.
Nur laili
(2007), dalam penelitian yang dilakukan di SD N 2 sindanglaya kelas V Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi, mengkaji tentang Implementasi
Metode Sosiodrama dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Muara Bakti 01 kelas V Kecamatan
Babelan Kabupaten Bekasi. Media sosiodrama ini ternyata
mampu meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pemahaman siswa, terlihat dari hasil tes awal siswa banyak
yang kurang memahami pelajaran dan hasil tes akhir siklus ternyata dengan menggunakan model sosiodrama
membuat siswa memahami pelajaran, terbukti dengan hanya ada 5 siswa yang
terlihat kurang memahami pelajaran dari 40 siswa.
mengingat minat siswa
terhadap pelajaran sejarah masih kurang.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui
data-data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “minat siswa
kelas XI IPS 1 SMAN 1 Sobang terhadap
pembelajaran sejarah dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran
sosiodrama ”.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering di sebut CAR (Classroom
Action Research). Menrut pendapat Prof. dr. Suahrsimi tentang hal yang terjadi
di masyarakat atau kelompok sasaran, dan dan hsilnya langsung dapat di kenakan
pada masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan penelitian tindakan kelas adalah
penelitin yang di lakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehinnga sehinggga hasil belajarnya
meningkat (Zainal aqib,dkk,2008:3)
Desain peneliitian
dalam proposal ini terdiri
dari lokasi dan waktu penelitian. Lokasi PTK di
lakukan peneliti adalah di SMAN 1 sobang di Jl. Raya sobang –munacang No.1 sobang lebak . Peneliti
memilih SMA ini karena SMA ini siswa-siswanya terlihat kurang berminat dengan
pelajaran sejarah terutama kelas XI IPS 1, sehingga harus di lakukan tindakan
kelas.
3.2
Subyek dan
Sumber Data
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1
tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 26 siswa putri dan 16 siswa
putra. Sementara sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107), adalah subjek dari mana data
penelitian diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah pengamatan terhadap siswa
kelas XI IPS 1 SMA N SOBANG semester I tahun
ajaran
2015/2O16, saat berlangsungnya KBM dan dari guru yang sebelum dan
setelah mengajar dengan menggunakan metode sosiodrama.
3.3
Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dibutuhkan data yang selanjutnya data tersebut dianalisa. Dalam
penelitian ini data dikumpulkan melalui teknik non tes yang terdiri atas
pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3.3.1
Pedoman
Observasi
Pedoman observasi pada penelitian ini ditekankan pada
penghayatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, baik aktifitas siswa
yang berupa perilaku positif maupun perilaku yang negatif, serta tanggapan
siswa terhadap tugas sejarah yang diberikan oleh guru.
3.3.2
Wawancara
Wawancara pada penelitian ini yaitu dengan guru sejarah
yang mengajar kelas XI IPS 1 SMA N 1 Sobang, baik sebelum maupun sesudah
pembelajaran menggunakan metode sosiodrama
3.3.3
Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan sebagai bukti peristiwa
dalam proses pembelajaran. Dokumentasi digunakan untuk merekam kegiatan selama
proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dalam penelitian ini berisi
aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh siswa dan guru selama proses
pembelajaran menyusun penelitian sejarah secara sederhana berlangsung.
3.4 Validitas data
Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen
(Arikunto, 1998 : 160). Suatu instrumen disebut valid apabila instrumen
tersebut sudah mampu mengungkap apa yang hendak diukur dengan tepat. Untuk
menguji validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggluasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(Moleong, 2002:178).
Menurut
Sugiyono (2006:330) triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang
sama. Adapun trianggulasi teknik ditempuh melalui langkah-langkah yaitu Peneliti menggunakan observasi, wawancara
mendalam, Serta dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Dari
ketiga teknik pengumpul data tersebut kemudian di cari data yang sesuai.
3.5 Analisis Data
Dalam
penelitian ini, data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif.
3.5.1
Teknik
Kuantitatif
Data ini diperoleh dari hasil tes penyusunan hasil
penelitian sejarah secara sederhana yang diperoleh dari siswa. Besarnya
persentase peningkatan minat siswa didapat melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
a) merekap hasil
perubahan minat dari siswa
b) menghitung
nilai rata-rata
c) menghitung
persentase
3.5.2
Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran
perilaku siswa dalam pembelajaran sejarah dengan materi langkah-langkah
penelitian sejarah secara sederhana dengan mengacu pada data non tes berupa
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data non tes tersebut dianalisis secara
kualitatif, yaitu dengan menilai, mengklasifikasikan dan mendeskripsikan atau
menginterpretasi seluruh data yang diperoleh melalui pengamatan, jurnal dan dokumentasi.
3.6
Indikator Kerja
Indikator
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitataif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu indikator
kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan
sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap
perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap
setelah kegiatan selesai dan berfungsi (ex-post). PTK ini di katakan
berhasil apabila terjadi peningkatan minat siswa terhadap pelajaran sejarah
sekurang-kurangnya 85 % atau 34 siswa
dari 40 siswa menjadi berminat terhadap pelajaran sejarah.
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian di laksanakan dalam satu siklus, siklus
tersebut terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
3.7.1
Pelaksanaan
siklus 1
a.
Perencanaan
Tindakan : Sebelum pelaksanaan penelitian
tindakan siklus I, dilakukan observasi dan
wawancara sebagai kegiatan awal. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh minat siswa dalam pelajaran sejarah. Pada tahap siklus I dilakukan
penyusunan rencana kegiatan, dengan menentukan langkah-langkah yang dilakukan
peneliti untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam pembelajaran sejarah selama ini terletak pada minat siswa sendiri terhadap pelajaran sejarah yang kurang. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan menggunakan model pembelajaran sosiodrama melalui teknik latihan terbimbing dengan langkah-langkah seperti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat, dan menyiapkan naskah yang akan di tampilkan.
b.
Pelaksanaan Tindakan : Tindakan yang
akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran sejarah dengan menggunakan model sosiodrama. Pada tehap ini pertama siswa
di kondisikan untuk mengikuti pelajaran, kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta
manfaat yang akan diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Lalu setelah siswa siap, siswa di minta untuk menampilkan drama dengan
menggunakan naskah yang telah di persiapkan sebelumnya yang berkaitan dengan
sejarah. Setelah siswa sselesai manampilkan drama, guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap drama bersejarah yang baru di tampilkan.
c.
Pengamatan : Pengamatan dilakukan dengan mengamati
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap
pembelajaran yang ada. Pengamatan dilakukan dengan mengambil data, berupa data nontes. Data nontes diambil pada
saat pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai.
d.
Refleksi : Refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pada siklus I dengan tujuan untuk
mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi tersebut
dapat disusun perbaikan rencana pembelajaran untuk siklus II. Masalah-masalah
pada siklus I dicari pemecahannya, sedangkan kelebihannya dipertahankan dan
ditingkatkan pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sumber
Internet:
http://alhafizh84.wordpress.commetode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/. ( Di akses
tgl 1 april 2016)http://andikaafnor.blogspot.compembelajaran-sejarah.html (Di akses tgl 9 april 2016
Komentar
Posting Komentar